Tuesday, February 17, 2009

itik kembali berpetualang

" Dia belum Ibu kali.. masih kakak!! "


Itulah ucapan yang keluar dari salah satu muridku


Eh? murid?? maksudnya?? loh, bukannya lagi jadi 'nanny 009' ??



Yap, kali ini ternyata Allah menghendaki agar Na jadi 'guru' ngaji di sebuah mushalla yang letaknya ga begitu jauh dari rumah. Lalu, nasib si Naura gimana??? hehehe... singkat cerita, Naura kini balik lagi diasuh oleh nenek dan kakek (dari Ibu) nya dan mau tak mau saya pun harus di 'pulangkan' kembali ke rumah~

Kenapa gurunya pake kutip? ya soalnya saya sendiri masih ga merasa menjadi sebagai guru, lebih ke arah 'membantu' daripada jadi guru (malah terkadang, Na lah yang belajar dari murid-murid pengajian disana..hehehe.. )

Awalnya ada seorang Ibu yang tercetus untuk membuka pengajian khusus anak-anak dimana pengajian ini tak dipungut biaya sepeserpun (karena mushalla ini berada di daerah perkampungan). Karena gratis, ternyata yang berminat ada banyak dan si Ibu itu kewalahan jika mengajar sendirian. Akhirnya beliau pun minta tolong pada Mamahku,

" Bu, saya butuh temen nih buat bantuin saya ngajar ngaji di mushalla. Kalau Ina ga lagi sibuk, boleh bantu2 saya disana? "

" Oh.. BOLEH BANGET! ", jawab Mamahku dengan penuh semangat 45



Dan.. Hup... sekarang si itik berubah dari 'nanny 009' menjadi ' si kakak aneh yg bantuin ngajar di mushalla ' (waw.. sebutan yang cukup panjang ya...)

Baru seminggu tepatnya Na bantu2 mengajar disana. Selama seminggu itu pula-lah banyak pelajaran yang kuambil dari tingkah laku mereka (murid2 pengajian). Ada yang pemalu, ada yang patuh, ada yang badung (bandel), ada yang sedikit manja.. duh, semuanya menggemaskan deh!!!

Oh iya, karena pengajian ini bukan seperti pengajian yang pada umumnya (maksudnya pake bayaran), jadinya murid-muridnya yang datang pun semau mereka saja. Yang diajarkan pun tak memakai buku. Mereka hanya diberikan buku IQRO (bagi yang masih dalam tahap IQRO) atau Al-Qur'an (bagi yang sudah bisa membaca Al-Qur'an). Lama jam belajar hanya 45 menit tetapi efektifnya mungkin hanya sekitar 10-15 menit.. sisanya mereka bermain-main dalam mushalla yg mungil itu


Harusnya kan aku yang mengajar mereka.. tapi ini terbalik, aku malah banyak banget belajar dari mereka. Justru dari melihat gerak-gerik mereka lah, aku bisa sambil 'curi-curi' pelajaran. Melihat sikap mereka saat memulai pelajaran, yang diawali dengan bersyahadat, lalu membaca doa untuk kedua orangtua, lalu doa mau belajar dan doa 'sapu jagad' (doa mohon kebaikan dunia dan di akhirat).. secara tidak langsung, aku benar2 dibuat malu oleh mereka. Gimana ga malu? mana pernah aku mengawali doa-doa yang seperti mereka lakukan jika aku ingin mulai belajar?? Masya Allah... aku kalah dengan anak-anak yang usianya dibawah 10 tahun??? TT_________TT


Sebagai tambahan, mereka bukanlah anak-anak yang kedua orangtuanya paham akan agama. Mereka hanya anak-anak biasa, bocah-bocah ingusan yang sering kita lihat di perkampungan. Yang biasanya main bola dengan tanah dan lumpur.. ngubek2 comberan hanya untuk mencari ikan-ikan kecil.. dan kalau sudah bertengkar satu sama lain.. saya sendiri ga berani melerai karena pukulan mereka ga main-main. Lalu, ada satu hal yang terkadang membuatku harus 'ekstra sabar'.. apa itu? yaitu... harumnya mereka :D (tapi ga semuanya 'harum' kok, ada yang wangi beneran ^^ )

Jadi.. wajar kan kalau saya malu dengan mereka :D

Terkadang timbul rasa sedih saat lagi mengajar. Karena Na berpikir, bukankah tempat madrasah pertama bagi anak-anak ini adalah Ibu mereka? Apakah sulit untuk mengajarkan anak untuk membaca IQRO atau Al-Qur'an? bahkan hanya untuk beberapa menit saja? dan terkadang timbul pula rasa bersalah, karena seharusnya pemahaman mereka mengenai agama bukanlah didapatkan dari orang lain melainkan dari kedua orangtuanya sendiri

Tapi setelah melihat kondisi rumah-rumah disekitar mushalla, rasa sedih itu jadi hilang. Aku malah jadi malu dan bertanya sendiri, " Seandainya aku yang menjadi Ibu mereka dimana hidupku serba keterbatasan bahkan mungkin kurang.. bukankah menyuruh anakku untuk ikut mengaji adalah tindakan yang lebih baik daripada aku menyuruh dia bermain-main? "


Yah.. begitulah.. terkadang jadi perang batin kalau sudah mulai mengajar...


Ibu yang mengajakku untuk membantunya pernah berkata padaku,

" Sebisa mungkin kita tak hanya mengajari mereka baca IQRO atau Al-Qur'an saja. Kita juga ajari mereka tentang aqidah Islam, tentang sirah, kisah-kisah sahabat, hapalan-hapalan surat pendek, doa-doa keseharian... "

Semakin lama si Ibu menjelaskan tentang program yang ingin beliau buat, semakin membuatku menundukkan pandangan... alias malu... " BUU... AKU AJA JUGA GA BISA ITU SEMUAAA~~ " (teriak dalam hati)

Dan benar saja, apa yg si Ibu programkan mulai dijalankan. Saat si Ibu mulai menguji kemampuan murid-murid, aku mulai panik (laaah.. mana yg murid nih???). Pertanyaannya sih biasa dan sangat mudah. Cuma ditanya,

" Sebutkan rukun Islam "

" Sebutkan rukun Iman "

" Sebutkan Asmaul Husna, 20 nama yang pertama "

" Ibu kasih waktu... 10 menit.. kumpulkan ya "

" Waaaaaaaa.. buu.. ini... itu.... was wes wos... " (ceritanya ini suara anak-anak yg ribut)


MASYA ALLAH.. ga salah tuh pertanyaannya???? tunggu... t..tunggu...TUNGGUUU... KOK SAYA GA INGET YA??? (mereka sibuk nulis saya pun sibuk mengingat..)


Jadi, normal kan kalau saya bilang.. saya seperti diajar oleh mereka? :D


Si Ibu melanjutkan,

" Kalau bisa Na, kita buat pengajian ini ga sekedar pengganti jam bermain mereka. Walaupun gratis tak berarti yang kita ajarkan pun 'gratis' melainkan berharga untuk masa depan mereka.. "


Aku angguk2 aja selama si Ibu memberikan penjelasan sekaligus memberi nasehat yang cukup mengena di hati


Jadi teringat waktu aku berbincang2 dengan Istrinya Abangku. Aku pernah menanyakan tentang pengajian di kantornya. Secara keseluruhan, beliau menjelaskan bahwa ceramah2 yang biasa disampaikan adalah yang menyangkut tentang pekerjaan. Seperti hukum riba, hutang-piutang dan sebagainya. Pernah suatu kali tim pengurus pengajian mendiskusikan pada para pekerja mengenai materi apa yang ingin disampaikan. Kebetulan, Istrinya Abang termasuk di dalam kepengurusan tersebut. Beliau menyarankan bagaimana jika membahas mengenai Shalat secara keseluruhan

Bisa tebak apa jawaban para pekerja nya... ??


" Ya Ampuun.. itu kan pelajaran anak SD... masa kita yang udah 'bangkotan' gini dikasih materi kaya gitu.. "


(karena sebagian besar menolak usulan, akhirnya materi tentang shalat tak jadi disampaikan... )



Astaghfirullah.. ternyata kita benar2 menyepelekan pelajaran yang amat mendasar ya..


Padahal kalau ditanya tentang bacaan-bacaan dalam shalat, mungkin untuk menjawabnya kita masih takut2 (takut salah dan malu sendiri kalau ketauan salah)



Yah, begitulah..

Na benar-benar bersyukur pada Allah.. Alhamdulillah, kali ini Allah menghendaki Na untuk belajar lagi. Kapan lagi Na bisa mengulang pelajaran2 itu?



Sesuatu hal yang terbiasa dekat dengan kita maka akan timbul cinta dengannya
Jika kita dekat dengan dunia maka akan timbul cinta dunia
dan jika dekat dengan akhirat maka akan timbul cinta akhirat



Jadi...

Apa rukun Iman yang pertama??

3 comments:

anum said...

subhanallah ukhti, mereka pasti lucu2...

ana jg skrg diamanhkan sprt anti...alhamdulillah, qt mmg byk belajar dr mereka...

namaku ina said...

Iya, lucu2 semua dan kadang ke-lucu-an mereka membuat aku sadar bahwa mereka bukanlah orang dewasa yang berbadan kecil.. tapi mereka adalah anak-anak :D

Alhamdulillah, ternyata ukhti anum jg jadi guru yaaa!! hehe semangat yaa \\(^0^)//

jazakillah khairan katsira ya ukhti anum..

(huaaaaaaaaaaaaaa..senang dipanggil 'ukhti' lagiiiiiiiiiiiiii ^^~)

Anonymous said...

uhufufu..

iya yah, aku pun lupa loh isi rukun islam.. (-_-)a malu nyaa...

Happy Oxone

Yayasan Askar Ramadhan

Kedai Sehat