Sepertinya baru kali ini Na 'naik pitam' dihadapan anak-anak madrasah. Maklum, tadi lagi dalam kondisi sendirian dan diserbu oleh anak-anak yang jumlahnya mungkin sekitar 15 anak (biasanya kalau mengajar di madrasah selalu berdua, kalau pun sendirian.. anak-anaknya jarang sebanyak itu :D ). Awalnya sih masih terbiasa dengan keributan anak-anak ini.. namun lama kelamaan ada satu anak yang membuatku cukup 'terpancing' karena ulahnya..
Memang apa yang si fulan lakukan? Heung... kali ini si fulan ini perilakunya agak lain daripada yang lain..
Se-kejam2nya anak-anak bermain, mereka hanya berlari kian kemari.. kadang ditambah adu pukul yang sekedar bercanda.. dan panggilan-panggilan ejekan yang masih berada dalam batas normal dan diterima bagi si fulan/fulanah yang diejek. Biasanya, kalau yang lagi lari-larian.. maksimal, ada yang jatuh..kejedot..kepleset..ketabrak..dsb... dan memang diakhiri dengan tangisan sih.. namun habis itu ya-sudah.. main maaf-maafan.. trus lanjut main lagi
Namun untuk si fulan yang terbilang anak baru di madrasah ini, ntah mengapa Na agak 'terpancing' untuk marah. Untuk seukuran anak yang sudah duduk di bangku kelas 3 sekolah dasar ini.. ntah mengapa perilaku nakalnya tak bisa kutolerir hingga Na harus meredam emosi dihadapan anak-anak
Makin penasaran dengan apa yang si fulan lakukan?
Bagaimana aku tidak geleng-geleng.. nahan emosi.. mengatur napas dan mengatur suara.. melihat kelakuannya yang senantiasa memainkan (dengan sengaja) doa-doa yang biasa kami ucapkan saat sedang belajar.. belum lagi dengan ejekan yang ia lontarkan pada temannya yang sengaja memanggil-manggil si fulanah dengan nama Ibunya.. dia juga memperlihatkan betapa ia tidak menyayangi anak yang lebih kecil usianya dari dirinya..
Saat baru mau membaca Iqro.. dia memain-mainkan kata basmallah dengan menambahkan huruf A di depan 'basmallah', dan kata-kata ini dilakukan secara berulang-ulang hingga membuat teman-temannya yang mendengar sebagian tertawa-tawa karena merasa lucu dan sebagian lagi marah sambil mengatakan, " Iih.. dosa loooh... !! "
Setelah kuperingati, reaksi dia bukan diam dan tertunduk seperti kebanyakan anak-anak merasa bersalah. Tetapi ia malah tersenyum lebar dan malah tertawa (lebih kesalnya lagi dia malah mengejekku)... uuuuugh... kesalnyaaaaaaaa!!!!
Istighfar banyak-banyak jadinya saat itu..
Setelah kuminta untuk melafazkan 'basmallah' dengan baik dan benar secara berkali-kali.. barulah ia mau mengikuti.. kukira dia sudah jera.. tapi ternyata.. tidak!!! sehabis membaca Iqro, kami biasa mengakhirinya dengan mengatakan, " Shodaqallahul'Azhiim ", begitu juga dengan si fulan ini.. tetapi.. ia kembali 'membuat lucu', dia menambahkan kata-kata ' Ajim ' setelahnya selama berkali-kali.. sehingga seolah-olah seperti suara yang bergema...
Lagi-lagi, sebagian anak yang merasa lucu jadi tertawa dan sebagian anak yang merasa itu tidak lucu dan itu adalah salah.. mereka menunjukkan ketidaksukaan dengan mengatakan,
" Ih... diulangin lagi?!!! dosa loooh!!! "
Rasanya mukaku memerah saking menahan rasa kesal.. apalagi habis itu si fulan makin nyengir dan tertawa-tawa tanpa merasa bersalah..
Jam dinding di musholla menunjukkan pukul 5 sore. Ini adalah waktu terlama aku mengajar selama ini. Menghadapi anak-anak sebanyak ini sendirian.. belum melerai yang bertengkar.. belum melayani anak-anak yang bertanya ini-itu.. belum mendengar dan memperbaiki bacaan mereka... dan belum lagi dengan si fulan biang kerok itu... ini membuatku merasa capek, padahal sebelumnya ga pernah merasakan capek sepulang dari mengajar madrasah
Sebelum pulang, biasa kami mengakhiri pertemuan dengan membaca surah Al-'Ashr dan doa keluar musholla lalu ditutup dengan salam. Kupikir, si fulan sudah kapok karena daritadi aku dan teman-temannya sudah memperingati kebiasaan buruknya itu agar dihentikan.. tapi ternyata tidak... TT___TT
Ternyata, si fulan buat ulah lagi.... dia kembali melakukan suara yang menggema itu diakhir penutup salam.. dia menambahkan kata-kata " Atuh" diakhir kalimat salam..
Kejadian itu membuatku tak tahan lagi ingin 'marah'... Akhirnya aku 'marah' dihadapan anak-anakku sebelum melepas mereka pulang ke rumahnya...
Setelah suasana hening.. aku pun mulai bertanya-tanya pada mereka..
" Kakak mau tanya... boleh ngga kita jadi anak nakal ? jelek-jelekin nama teman kita.. main pukul-pukulan sampai ada yang menangis dan kesakitan.. itu dibolehkan? "
" Ngga Kaak.. " jawab mereka
" Kalau main pukul-pukulan.. sakit ga sih? "
" Sakit Kaak.. "
" Kalau ada yg jelek-jelekin nama kita.. atau orangtua kita.. senang ngga ? "
" Ngga Kaak.. "
" Lalu, kalau lagi belajar dan baca doa.. boleh ngga dimain-mainin.. ? apa itu diajarin disekolah? "
" Ngga Kaak.. "
Sebagian anak-anak yang paham bahwa sebenarnya aku ini lagi 'marah', mereka menjawab sambil tertunduk dan sebagian lagi yang masih belum paham.. masih menjawabnya sambil menunjuk-nunjuk siapa orang yang sedang kumaksud.. atau sambil membela diri sambil berbisik-bisik.. " bukan saya loh kak.. dia tuh yang begitu.. dia.. "
Mendengar hal itu malah membuatku tersenyum miris..
" Kakak bukan menuduh siapa-siapa.. Kakak hanya bertanya.. kalau kita bersikap jadi anak nakal seperti yang tadi.. apakah itu dibolehkan? apa disekolah diajarkan begitu? "
Anak-anak yang paham makin tertunduk malu dan yang ga paham makin main tuduh-tuduhan..
" Ayo dong.. kan disini kita datang untuk belajar mengaji.. belajar jadi anak yang sholeh.. masa anak ngaji kelakuannya begitu.. apa ngga malu? "
" Apa Allah suka dengan anak-anak yang nakal? "
" Ngga Kaak.. "
" Allah marah ngga sama anak yang nakal? takut ga kalau Allah marah? "
" takut Kaak... "
" ....... "
Selepas bertanya-tanya dan sempat membuat janji dengan si fulan agar ia kapok dengan perbuatannya itu.. aku pun mengizinkan mereka pulang...
===============================================================
Selama di rumah, Na jadi mengoreksi diri sendiri akan perilaku Na yang 'marah' dihadapan anak-anak madrasah. Apakah aku sudah melakukan yang benar? Bagaimana dulu Rasulullah SAW memberi nasehat pada anak kecil? apakah aku sudah mengikuti gaya beliau SAW ? lalu.. mengapa aku marah pada si fulan? salahkah aku memarahi anak-anak ?
Mungkin ada sebagian orang yang berpendapat bahwa anak kecil tetaplah anak kecil, biarkanlah kenakalan mereka dan jangan dianggap terlalu serius.. " namanya juga anak-anak "
Hal ini benar adanya,
Karena 'Aisyah r.ha pernah berkata ketika ia masih belia, bahwa maklumilah anak kecil perempuan (seperti dirinya) yang masih suka dengan sesuatu yang sifatnya sia-sia (HR. Bukhari-Muslim)
Umar bin Khattab r.a pun pernah berkata,
" Sesungguhnya anak-anakmu diciptakan oleh Allah SWT untuk generasi yang tidak sama denganmu, dan mereka diciptakan untuk mengisi suatu zaman yang tidak sama dengan zamanmu "
Seperti yang dituliskan dalam buku " wanita dalam risau dan pikirnya Nabi SAW", Rasulullah SAW telah memberikan teladan bagaimana menjaga keharmonisan orang tua dan anak-anaknya dengan kasih sayang. Hubungan kasih sayang ini bukanlah berarti pengendoran ajaran antara yang benar dan salah, juga bukan pula antara yang baik dan buruk. Batasan-batasan ini sudah jelas, tidak ada ketaatan selama melanggar aturan Allah SWT dan Rasul-Nya
Dalam sebuah mahfum hadits disebutkan, " Allah SWT merahmati seseorang yang menyimpan tongkat (rotan) untuk memperingatkan keluarganya " ( Jami'us Shagir)
Lukmanul Hakim berkata,
" Pukulan seorang ayah kepada anaknya lebih baik daripada sedekah sebanyak satu sha' (kira-kira seberat 350 kilogram) dan pukulan seorang ayah kepada anaknya perlu dilakukan sebagaimana tanaman memerlukan air "
Dan tentunya masih banyak lagi 'keajaiban2' lain dari didikan seorang Ibu atau Ayah pada anaknya yang semata-mata hanya ingin mencari keridhoan Allah SWT
Sekarang, kita-kita ini yang lagi di-didik Allah SWT untuk menjadi istri yang shalihah tinggal mempraktekkannya untuk kedepan nanti jika diberi karunia menjadi seorang Ibu, insya Allah.. amiin ya Allah.. dan untuk yang sudah menjadi seorang Ibu, yah.. sok atuh.. silakan dikerjakan sunnah ini :D
Subhanallah.. ternyata Allah senantiasa memberikan hikmah disetiap kejadian ya teman-teman..
Jadi,
ternyata harus banyak bersabar yah dalam menghadapi anak-anak..
ternyata harus banyak bersabar yah dalam menghadapi anak-anak..
6 comments:
Assalamualaikum wrbt Na, haa sabar lah...anak2 memang begitu...tapi yg begitu2 lah nanti selalunya jadi yg terbaik, tahan di uji, bisa jadi da'i kerana dia biasa tebalkan muka bila dimarah... dan tak putus2 asa buat apa yg dia mahu buat...insyaAllah...
Pernah tanya mamah, na dulu masa kecil bagaimana?...tentu mamah pusing...
Pernah seorg ustaz komen, anak2 yg sering buat hal inilah, bila besar jadi kuat jatidirinya, bisa buat dakwah, manakala yg diammm aje, bila keluar dari pondok...terus hanyut...iya, di sergah org lansung lari...bagaimana nak dakwah...
WAllahualam.
wa'alaykumsalam warohmatullahi wabarokaatuh.. iya Umma-ali, bermain dgn anak2 jadi melatih kesabaran.. hehe.. ya Allah.. moga2 nanti anak2 itu jadi da'i/da'iyah..alim/alimah..hafizh/hafizhah... amiin ya Allah..
ah,gimana dengan anak Umma-ali yg bujang tu? dia ikut pondok di temboro kan?
Iya, anak bujang saya ada 2, kedua2nya di pondok temboro...memang byk menguji kesabaran umminya...haha. Tp tak kurang jugak anak2 gadis...
semuanya melatih kesabaran ummi dan abah...Doa pada Allah...
wah..subhanallah..dua2nya masuk pondok.. tentu harus banyak bersabar ya Umma-Ali.. subhanallah :)
TIDAK BOLEH KITA MARAH, APAPUN CERITANYA, KARENA ROSUL UDA KATAKAN LA TAKHDOF (JANGAN MARAH), AMAROTUMBISSUK (MARAH ITU JAHAT).JANGAN MARAH, MAKANYA ROSUL BEGTU DILUDAHI ABU JAHAL, IA MALAH TERSENYUM.
yang namanya marah tetap tidak boleh dalam islam sebab rosul ketika diludahi abu jahal, para sahabat menawarkan jasa, ya Rosul biar saya KIPAS tu abu jahal, lantas apa kata Rosul : "LA TAKHDOF"(jangan marah) sahabat bertanya: mengapa wahai Rosul? "Amarotumbissuk(marah itu jahat). jangan marah.
Post a Comment