Monday, June 22, 2009

story for my father

Kalau ada Hari Ibu..

Hari Ayah, juga ada kan??





Lagi asik2nya intip blog2 para wanita dari negeri Jiran (belakangan ini Na jadi 'demen' mampir ke blog mereka ^^; ), tak sengaja intip postingan yang berisi tulisan dari sang author untuk Abi-nya (Ayahnya). Tanpa pikir panjang, langsung bisa kutebak.. ternyata kemarin adalah Hari Ayah se-dunia..


Yang sudah menjadi Ayah.. Na ucapkan, selamat ya.. karna Allah tlah menjadikan anda sebagai seorang Ayah dari keluarga anda sendiri..

Yang belum menjadi Ayah dan segera menjadi Ayah, selamat juga ya.. karna Allah tlah mempercayakan anda untuk mengemban tugas menjadi seseorang yang menyandang status "Ayah"


Dan,

Yang menjadi Papah-nya Na..rasanya tak cukup hanya mengatakan 'selamat' atau 'terima kasih' untukmu.. Tapi Na juga ga tau mau memberikan hadiah apa untukmu..

Mungkin,

Karna Na rada 'jago' berkisah (aih..aih, masih aja nyombongin diri saat buat puisi begini), Na berkisah aja ya, Pah.. ?

Kisah yang kutujukan untukmu..

Judulnya,

" Story for my Father "



***************************************************************

Ada sebuah kisah, dimana hidup satu keluarga yang terlihat bahagia. Mereka hidup penuh dengan kecukupan. Ayah sebagai orang bisnis yang sukses, Ibu sebagai Ibu-Ibu yang sukses juga, Kakak yang sukses dengan pergaulannya dan Adik yang sukses dengan kesendiriannya. Loh? kenapa sendiri? Ya, karena Ayah dan Ibunya terlalu sibuk dengan kesuksesannya masing-masing hingga akhirnya si Adik tidak sengaja 'terlantar' kan oleh orangtuanya sendiri. Sampai suatu hari, si Adik akan melangsungkan sebuah pementasan drama di sekolahnya. Disitu, dia mendapatkan peran utama, menjadi Raja. Jauh sebelum hari pementasan, si Adik sudah senantiasa memberitahu Ayahnya untuk ikut datang menonton pertunjukannya. Ayah yang mendengar hanya mengangguk-anggukkan kepala. Si Adik tidak yakin, lebih menjadi tidak yakin saat dirinya mengetahui bahwa 'waktu' Ayahnya bekerja sangatlah mahal.. saking mahalnya, hanya dalam satu jam, Ayahnya berharga sekitar 500 dolar..

Kemudian Adik punya rencana, " Ah, bagaimana kalau aku beli 'waktu' Ayahku? Aku pentaskan hanya satu jam. Berarti cukup dengan mengumpulkan uang 500 dolar, 'waktu' Ayah bisa aku beli!! "

Rencana Adik pun mulai dilakukan. Tapi ia tak mengira, bahwa uang 500 dolar adalah uang yang sangat banyak. Tabungan yang ia punya hanya mencapai 100 dolar. Itupun dia sudah menjual barang-barang tercintanya pada teman-teman kelasnya dengan harga murah. Tanpa pikir panjang, akhirnya si Adik mencuri uang yang ada di kasir kantin sekolahnya...

Adik tak menyangka bahwa tindakan mencuri nya tertangkap basah oleh kamera pengawas. Pihak sekolah akhirnya menghukum si Adik dan orang tuanya dipanggil ke sekolah..

Sesampai di rumah, Adik dimarahi abis-abisan oleh Ayah dan Ibunya. Terutama Ayahnya. Sang Ayah sampai memukul kedua tangan si Adik dengan bambu,

" Kau memalukan namaku!!! berani-beraninya kau mencuri!! apa uang jajan yang kuberi kurang cukup ???!!!! "

" Tapi Ayah.. a..aku.. "

" Jangan menjawab !!!!! "

Ibu yang tak tega melihat buah hatinya dipukuli, akhirnya mencoba membela. Si Adik pun bersembunyi di balik punggung Ibu.

" Kenapa kau mencuri, Nak..? apakah uang yang diberi Ayah sudah habis.. ? "

" B.. bukan Ibu. Aku hanya ingin agar Ayah datang menonton ke pertunjukanku. Tapi satu jam harga Ayah adalah 500 dolar, sedangkan aku tak punya uang sebanyak itu... "

Mendengar jawaban yang keluar dari bibir kecil buah hati mereka, Ayah dan Ibu pun langsung terduduk lemas. Ibu langsung memeluk erat buah hatinya dan Ayah pun langsung meminta maaf dengan bersungguh-sungguh pada si Adik

Akhirnya, tanpa mengeluarkan uang 500 dolar, si Adik bisa mengajak Ayahnya beserta Ibu dan Kakaknya pergi menonton pertunjukan drama di sekolahnya


**************************************************************************

Bagaimana hati tak pilu, Fathimah az-Zahra sering melihat Ayahnya pulang dengan tubuh yang 'tak menentu'. Terkadang ada darah yang mengalir di kepalanya. Terkadang ada kotoran di bajunya. Terkadang wajah Ayahnya terlihat lelah. Dan, senantiasa tubuhnya tak pernah tak terhinggapi dengan debu-debu pasir jalanan..

Melihat kondisi Ayahnya yang selalu pulang ke rumah dengan keadaan yang seperti itu, Fathimah tak bisa menyembunyikan kesedihannya dan menutupi air matanya..

" Mengapa kau menangis, putriku ? "

" Bagaimana aku tak menangis jika aku selalu menyambutmu dengan melihat wajah dan tubuhmu yang mulia dipenuhi dengan kotoran dan darah... "

" Aku keluar untuk berdakwah, untuk menegakkan kalimat Allah. Tubuh siapa yang pernah dihinggapi debu di jalan Allah, maka Allah pasti akan mengharamkan api neraka atasnya.. "


******************************************************************************


Ya Allah,

tak bisa kulanjutkan lagi tulisan-tulisan ini karna mataku sudah berkaca-kaca..

Kau lebih mengetahui isi hatiku karena Engkau Maha Mengetahui..

......


Semoga Allah semakin mencintaimu,

Pah...



Na sayang Papah

6 comments:

pencari cara sukses adsense said...

Artikel kisah yang sangat mengharukan dimana sekarang ini kadang kesibukan membuat kita lupa dengan anak-anak kita, padahal mereka tidak hanya membutuhkan materi tapi kasih sayang dan perhatian.

namaku ina said...

mungkin antara anak dan orangtua ada komunikasi yang terbuka. Jadi orangtua paham apa yg diinginkan anak2nya dan anak2nya jg memahami keadaan orangtuanya..

mungkin.. begitu lebih baik..

seperti perilakunya nabi saw yang senantiasa memberikan kasih sayang pada anak2 kecil..

:D

Ummuafiq Hashim said...

Assalammuaalaikum Ina, salam ziarah dari Pahang,Malaysia.

Ummuafiq Hashim said...

Salam Ina, Ina ni student kan.. saya sebenarnya sedang mencari kenalan dari kalangan surirumah dari seluruh tempat di Indonesia. Boleh Ina berikan beberapa nama kalau ada.. tq

mari said...

TT___TT huhuhu.. haru biru na..

iyah na, komunikasi penting ya na, klo gak ada inisiatif dari keluarganya sendiri, mungkin bisa dimulai dari diri sendiri yang inisiatif memulai 'komunikasi' sama keluarga nya :)

eh..selamat hari ayah, aku baru tau ada hari ayah, hari ibu aja aku gak hapal loh xp hee

namaku ina said...

@ ummu afiq: wa'alaykumsalam warohmatullahi wabarokaatuh.. alhamdulillah, dapat kunjungan dari negri jiran lagi :D

wah, ummu afiq.. aku barulah anak student.. belum jadi suri rumah (jd tak punya kenalan suri rumah dari seluruh indonesia ^^;; )

maaf ya (_ _)

mungkin ada yg berkenan seorang suri rumah (IRT) yg mau kenalan dgn ummu afiq? silakan dihubungi :D

[duh, bahasanya belepotan ^^;; ]

@ mari:
yap.. komunikasi emang penting, terlebih lagi kalau 'komunikasi' yg berbau agama :D

hehe..sama Ri, ini na jg baru tau karna intip2 blog orang ^^;

Happy Oxone

Yayasan Askar Ramadhan

Kedai Sehat