Puasa Tarwiyah ( 8 Dzulhijjah )
صوم يوم التروية كفارة سنة، وصوم يوم عرفة كفارة سنتين
“Artinya : Puasa pada hari tarwiyah menghapuskan (dosa) satu tahun, dan puasa pada hari Arafah menghapuskan (dosa) dua tahun”.
Diriwayatkan oleh Imam Dailami di kitabnya Musnad Firdaus (2/248) dari jalan :
[1]. Abu Syaikh dari :
[2]. Ali bin Ali Al-Himyari dari :
[3]. Kalbiy dari :
[4]. Abi Shaalih dari :
[5]. Ibnu Abbas marfu’ (yaitu sanadnya sampai kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam)
[2]. Ali bin Ali Al-Himyari dari :
[3]. Kalbiy dari :
[4]. Abi Shaalih dari :
[5]. Ibnu Abbas marfu’ (yaitu sanadnya sampai kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam)
Hadits ini derajatnya maudhu’ (موضوع). Sanad hadits ini mempunyai dua penyakit :
Pertama: Kalbi (no. 3) yang namanya : Muhammad bin Saaib Al-Kalbi. adalah seorang rawi pendusta. Dia pernah mengatakan kepada Sufyan
Ats-Tsauri, “Apa-apa hadits yang engkau dengar dariku dari jalan Abi
Shaalih dari Ibnu Abbas, maka hadits ini dusta” (Sedangkan hadits di
atas Kalbi meriwayatkan dari jalan Abi Shaalih dari Ibnu Abbas).
Imam Hakim berkata : “Ia meriwayatkan
dari Abi Shaalih hadits-hadits yang maudlu’ (palsu)” Tentang Kalbi ini
dapatlah dibaca lebih lanjut di kitab-kitab Jarh Wat Ta’dil:
[1]. At-Taqrib 2/163 oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar
[2]. Adl-Dlu’afaa 2/253, 254, 255, 256 oleh Imam Ibnu Hibban
[3]. Adl-Dlu’afaa wal Matruukin no. 467 oleh Imam Daruquthni
[4]. Al-Jarh Wat Ta’dil 7/721 oleh Imam Ibnu Abi Hatim
[5]. Tahdzibut Tahdzib 9/5178 oleh Al-Hafizd Ibnu Hajar
[2]. Adl-Dlu’afaa 2/253, 254, 255, 256 oleh Imam Ibnu Hibban
[3]. Adl-Dlu’afaa wal Matruukin no. 467 oleh Imam Daruquthni
[4]. Al-Jarh Wat Ta’dil 7/721 oleh Imam Ibnu Abi Hatim
[5]. Tahdzibut Tahdzib 9/5178 oleh Al-Hafizd Ibnu Hajar
Kedua : Ali bin Ali Al-Himyari (no. 2) adalah seorang rawi yang majhul (tidak dikenal).
Puasa Arafah ( 9 Dzulhijjah )
صِيَامُ
يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ
الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ
عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى
قَبْلَهُ
“Artinya : … Dan puasa pada hari Arafah
–aku mengharap dari Allah- menghapuskan (dosa) satu tahun yang telah
lalu dan satu tahun yang akan datang. Dan puasa pada hari ‘Asyura’
(tanggal 10 Muharram) –aku mengharap dari Allah menghapuskan (dosa) satu
tahun yang telah lalu”. [Shahih riwayat Imam Muslim (3/168), Abu Dawud
(no. 2425), Ahmad (5/297, 308, 311), Baihaqi (4/286) dan lain-lain]
Kesimpulan :
Tidak disyariatkan berniat khusus untuk puasa pada tanggal 8 Dzulhijjah yang berdasar pada hadits di atas. Namun jika seseorang berpuasa pada tanggal 8 Dzulhijjah karena mengamalkan anjuran memperbanyak ibadah di 10 hari pertama bulan Dzulhijah maka diperbolehkan. hal tersebut berdasarkan hadits :
مَا مِنْ أيَّامٍ الْعَمَلُ
الصَّالِحُ فِيْهَا أَحَبَّ إِلَى اللهِ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ يَعْنِيْ
أَياَّمُ اْلعُشْرِ قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ! وَلَا الْجِهَادُ فِيْ
سَبِيْلِ اللهِ؟ قَالَ: وَلَا الْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ إلَّا رَجُلٌ
خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهُ فَلَمْ يَرْجِعُ مِنْ ذَلِكَ شَيْءٌ
Diriwayatkan Rasulullah SAW bersabda: Tidak ada perbuatan yang lebih
disukai oleh Allah SWT, dari pada perbuatan baik yang dilakukan pada
sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Para sahabat bertanya: Ya
Rasulullah, walaupun jihad di jalan Allah? Rasulullah bersabda: Walau
jihad pada jalan Allah kecuali seorang lelaki yang keluar dengan dirinya
dan harta bendanya, kemudian tidak kembali selama-lamanya atau menjadi
syahid. (HR Bukhari).
Wallahu'alam bis shawab...
2 comments:
terimakasih sharing ilmunya..
syukran
Post a Comment